Antara tahun 1905 dan 1909, Gustav Klimt, seorang seniman Austria terkenal dan pendiri Art Nouveau, mengerjakan dekorasi Stokle Palace di Brussels. Rumah mewah itu dibangun untuk pengusaha kaya dan dermawan Adolf Stokle oleh arsitek Josef Hofmann. Hoffman, seorang teman Klimt, yang mengepalai Vienna Secession bersamanya, mengundang sang seniman untuk mengerjakan desain ruang makan. Klimt dan Hoffman menganut pandangan artistik yang sama, sehingga mereka dengan mudah menemukan bahasa yang sama.
Menurut rencana mereka, arsitektur dan dekorasi dinding seharusnya merupakan karya seni tunggal, sehingga perlu untuk menjaga harmoni antara arsitektur ruangan dan lukisan. Selain itu, Stockle memiliki banyak koleksi seni Asia yang dipamerkan di dalam ruangan, seharusnya tidak bertentangan dengan dekorasi dinding, itulah sebabnya Klimt berusaha menjaga keseimbangan antara visinya sendiri dan suasana oriental. Pekerjaan ini difasilitasi oleh fakta bahwa konstruksi dan dekorasi interior dilakukan secara bersamaan.
Beberapa tahun sebelumnya, Klimt, yang hampir tidak pernah meninggalkan Wina, melakukan perjalanan ke Italia. Dia mengunjungi Venesia, Florence dan Ravenna, yang terkenal dengan mosaik emasnya. Di sana ia menguasai teknik mosaik, yang pengaruhnya dapat dilihat pada dekorasi friezes Stockle Palace. “Tree of Life” – panel di ruang makan Stockle Palace. Klimt tidak sia-sia menggunakan gambar mitologis yang begitu penting. Pohon kehidupan secara bersamaan mengekspresikan dalam dirinya sendiri baik gambar struktur dunia maupun asal usul individu. Selain itu, adalah mungkin bahwa ini adalah perwujudan dari pohon alkitabiah yang ditanam oleh Allah sendiri di firdaus dan memberikan kehidupan kekal. Ini ditunjukkan oleh latar belakang yang dilukis dengan spiral – simbol kuno tanpa batas.
Pohon itu sendiri terdiri dari belitan, seperti jalan, belalai dan cabang yang dihiasi dengan daun segitiga dan bunga bundar. Para kritikus setuju bahwa segitiga dan lingkaran adalah personifikasi dari prinsip pria dan wanita, diambil oleh Klimt dari karya-karya Sigmund Freud yang sangat populer saat itu. Gambar itu juga berisi gambar kupu-kupu, yang dalam budaya Barat dianggap sebagai simbol keabadian, kelahiran kembali, dan kebangkitan. Ini adalah tatanan monumental utama terakhir dari tuannya, yang termasuk dalam “periode emas” karya Klimt. Dia menerima nama ini, tidak hanya karena sang seniman dengan murah hati menggunakan emas dalam karya-karya periode ini, tetapi juga karena pada saat itu sejumlah karya agung yang diakui telah dibuat. Bagi mereka, sang seniman juga mengaitkan karyanya pada dekorasi Istana Stockle.