Membaca – Edouard Manet

Membaca   Edouard Manet

Victoria Meran telah berulang kali muncul di kanvas artis – kita melihat gambarnya yang halus dalam karya agung seperti Olympia, Street Singer, Sarapan di Rumput, Kereta Api dan Dalam Kostum Matador, pada tahun 1868 Mane menulis lukisan sehari-hari “Membaca”, tempat pengasuh kesayangannya kembali muncul.

Di jendela lebar, yang ditebak oleh tirai tipis terbang, seorang gadis muda duduk dengan tulang pipi tinggi dan rambut coklat gelap ditarik ke atas. Kedipan putih terasa mengubah seluruh komposisi – baik gaun dengan garis leher, sofa, dan gorden dicat dengan warna yang sama, tetapi seniman mahir “berkembang” dengan bantuan highlight. Gadis itu fokus, dia dengan hati-hati mendengarkan pembaca, yang sosoknya menonjol dari sudut kanan atas gambar yang gelap.

Hanya dengan melihat gambarnya, orang tidak bisa tidak menyatakan – ini adalah impresionisme murni. Hanya estetika visual artistik ini yang dapat mentransformasikan realitas jadi kerawang, membuat karya agung mempesona dalam keindahan mereka dari plot yang biasa. Paradoksnya adalah bahwa terpesona oleh karya-karya Renoir dan Claude Monet yang hampir sama namanya, Eduard Manet menolak untuk mengklasifikasikan dirinya sebagai gerakan impresionis, sementara hari ini bukan rahasia lagi bahwa pelukis itu adalah asal dari tren ini.

Sapuan lebar, namun pendek yang menciptakan dinamika, garis impulsif, permainan cahaya yang menyilaukan pada gaun, napas “bebas” dari ruang gambar – semua ini adalah fitur paling impresionisme. Seolah-olah penulis mengambil satu bingkai dari arus tindakan umum dan menangkap momen rapuh ini, mengubahnya menjadi momen ajaib di mana ucapan perlahan mengalir dari bibir seorang pria muda, angin bermain dengan lantai tirai dan gaun mengalir seorang nimfa muda yang cantik, yang kecantikannya dapat berdebat dengan keindahan pastoral ini. momen.

Ngomong-ngomong, nasib wanita cantik ini sangat tidak menyenangkan – dia tidak pernah lepas dari kemiskinan, yang dia rindukan, Manet melukis wanita cantik lain untuk waktu yang lama, kecantikan mulai pergi, dan Victoria Meran mencari nafkah dengan lagu-lagu di jalanan, dan mendapat julukan ” Velcro “untuk mengemis di kafe dan tempat minum. Dan kemudian waktu ajaib ketika seorang seniman berbakat mengagumi kecantikannya, memindahkan citranya dari satu kanvas ke kanvas lainnya, sudah lama berlalu, hanya menyisakan kenangan dan kanvas abadi.