Perjamuan Terakhir – Salvador Dali

Perjamuan Terakhir   Salvador Dali

Fantasi sang artis tentang tema-tema Injil mengisi kisah yang akrab dengan konten baru. Hanya secara lahiriah gambar itu menyerupai fresco Leonardo yang agung. Suasananya sangat berbeda. Penulis sengaja memindahkan efek gambar ke ruang modern.

Di atas meja ada kubah kaca, di belakangnya lansekap tak bernyawa terbuka: laut, pulau-pulau berbatu, langit multi-warna. Di antara mereka yang duduk di meja batu, hanya sosok sentral Kristus yang tampak hidup. Para siswa, menundukkan kepala mereka dengan hormat, mendengarkan sang Guru. Apakah mereka mendengarkan? Atau tidur, terbuai oleh suara-suara-Nya? Penampil dipaksa untuk menafsirkan postur para rasul. Tubuh yang transparan dengan tangan terentang melayang di atas meja. Di satu sisi, ia, sebagai Roh Kudus, menyatukan semua peserta dalam perjamuan, di sisi lain, ia bertindak sebagai semacam ramalan tentang salib yang cepat.

Perspektif gambar akurat secara geometris. Separuh roti ditempatkan dengan sempurna. Siswa di meja ditempatkan sesuai dengan hukum simetri sentral yang ideal. Kelapangan, kemurnian, dan kejernihan sosok Kristus bertentangan dengan kenyataan dan beratnya figur para murid. Penonton mendapat kesan bahwa suatu saat semuanya akan meleleh dalam kabut biru: kubah, Kristus, meja batu itu sendiri.

Seluruh gambar seperti sketsa tidur yang sensitif dan dangkal, siap untuk diinterupsi kapan saja. Apa arti artis dalam karyanya? Setiap pemirsa merumuskan jawaban atas pertanyaan ini dengan caranya sendiri. Seseorang melihat dalam gambar hanya permainan fantasi yang tidak berarti, seseorang menemukan interpretasi baru dari kisah Injil dalam gambar. Seperti biasa dalam karya seniman, posisi penulis tetap “terbuka”, tidak dapat dijelaskan, kabur.

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5,00 out of 5)